Jumat, 13 Mei 2011

PENCERAHAN SEPTEMBER, THN 1999, AWAL MENGENAL ALQUR'AN

Layangan Surat perjalananku teruntuk:                                    
ABAH ANOM DI PESANTREN SURYALAYA




FOTO NENDEN SALWA

Assalammuallaikkumm...

Abah mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan segala kebaikan pada Abah sekeluarga, para putra, putri dan cucu...
Saya seorang murid yang pernah bermukim di sana sekitar satu bulanan lebih karena ingin mensucikan diri dari kotoran yang terlihat dan tidak terlihat dibadan, sekalian meminta keridhaan Allah S.W.T untuk memilih pasangan hidupku dari 5 orang dengan masing-masing budaya dan tabiatnya.

Salah satu diantaranya adalah seorang laki-laki Indonesia yang sejak kecil sudah tinggal di benua Eropah, di mana orang tua dan saudara-saudaraku sangat mendukung jalinan hubungan kasih hingga masuk pelaminan tetapi aku tidak yakin dengan orang tersebut. 
Maka ketika aku berada di Jerman aku sengaja menjalankan sholat 5 waktu dan sholat malam, yang sebenarnya aku sangat jauh sekali dari Agama maupun Tuhan.

Waktu di Negeri Jerman pada awal pebruary 1999. Calon suami peranakan Jerman-Indonesia itu, mempengaruhi aku untuk mengikuti agama Hitler yaitu Budha, membuatku terkejut. 

Dengan segala kelemahan kuperkuat Agamaku meski  tidak pernah ku mengerti kedalaman sebuah keyakinan  masuk dalam relung kalbuku yang selama ini aku hanya percaya adanya Tuhan. 
Disetiap kesempatan kami beradu alibi masalah  akidah hingga pada suatu hari telinga kami  mendengar suara adzan berkumandang, padahal tempo itu  di negara Jerman tepatnya di kota ESSEN, tidak ada bangunan masjid sama sekali bahkan di sana tidak diperkenankan umat Islam melakukan sholat sesuka hati.

Tiga hari berturut-turut aku dan calon suami pilihan keluarga mendengarkan adzan. Hari ketiganya suara adzan terdengar lebih lama menyusul suara pengajian. 

Dengan perasaan  sesalnya calon suamiku meletakan kalung budhanya dan membenarkan Agamaku, kemudian akupun diperbolehkan  kembali ketanah air yang sebelumnya tidak diperkenankan pulang ke tanah air sebelum resmi menikah di  sana di Kedutaan Besar Indonesia. Bahkan ia menahan paspor dan viscalku.

Setiba di Negeri asalku Indonesia, akupun kembali menjalankan sholat-sholat dan wirid sebisaku, hingga sepertinya aku melihat dan mendengar suara-suara Alam gaib. Hingga aku bertemu dengan seorang laki-laki di sebuah hiburan malam yang  sanggup menggetarkan seluruh perasaanku, wajahnya menyerupai teman kecilku di ketinggian langit. Dia lah figur yang kucari dalam semua anganku...


Semenjak itu dihadapkan pada alam nyata  dimana orang-orang tertentu (berilmu tinggi) telah menembusi pikiranku. Akupun menghibur diri bahwa semua itu adalah halusinasi semata karena mungkin waktu itu jiwaku dalam keadaan tidak normal atau paranoid obat terlarang..Wallohhualamm….Hanya Tuhan yang bisa menunjukan kebaikan dan keburukan…

Aku kembali pada fitrah di mana hatiku beragan-angan ingin menyepi di sebuah pesantren apabila suatu saat menemukan seorang figur laki-laki dari jelmaan masa lalu yang mendorong hati kecilku pada sebuah pernikahan.


Kala itu laki-laki yang menungguku saling menonjolkan keseriusannya tapi jiwaku tidak tertarik pada  sifat-sifat mereka. Akhirnya tekadku bulat ingin menyepi di pasantren."
"Tapi pasantren mana?" Begitu hatiku selalu bertanya-tanya.

Kemudian aku berangkat ke Bandung menemui keluarga adikku yang langsung mengajak berziarah ke makam Bapakku mengendarai mobilku didampingi sopir kantor adikku. 
Seusai berziarah di makam limbangan, sopir adikku menyarankan agar hunting lokasi ke Pesantren Suryalaya di Tasik. Maka pada sore itu aku pun berangkat kesana. 

Setiba di halaman Pesantren, aku sembahyang di masjid Suryalaya dan waktu itu pula seorang wanita paruh baya  datang menghampiriku dan mengatakan  tujuannya bahwa aku di suruh menghadap Abah Anom. Tetapi aku tidak menghiraukan panggilannya yang berkali-kali, akibat kebutaanku selama ini mengenai Agama dan Pasantren, bahkan hurup  ayat suci hijaiyah 'alip,' ba' saja tidak mengenal. 
Akhirnya kami pun pulang dari Suryalaya dengan pikiran bertumpuk  sejuta pertanyaan.

Ketika di pertengahan jalan kututurkan mengenai panggilan Abah Anom melalui wanita paruh baya tersebut.  Belum usai bicara sopir adikku terkagetkan ia langsung menghentikan mobilku ke pinggir jalan. Kemudian ia menceritakan sosok Abah Anom yang sejelas-jelasnya. 
"Abah adalah pembuka wali 9" katanya menggebu-gebu  "ia tidak bisa menerima tamu sembarang tamu, pejabat tinggi saja banyak yang di tolak.. ia bisa mengetahui jiwa seseorang... kamu itu pastinya tamu undangan Abah, aku yakin!" sambungnya menegaskan.
"Undangan?" pikirku bingung, tidak menyetujui mobil itu akan memutar balik untuk kembali menemui Abah Anom.
Bagi sopir adikku panggilan itu merupakan sebuah kehormatan.

Setiba di rumah kakak ipar, mereka pun menceritakan hal yang serupa mengenai keberadaan Abah Anom. Tentunya suami kakakku yang menyukai perjalanan spritual lebih memahami siapa Abah Anom yang sesungguhnya.
Dengan segala kebimbangan, aku merencanakan kembali ke Jakarta ditemani pembantu setiaku. 
Dalam perjalanan pulang menuju Puncak. Kembali suara-suara ghaib membisikan di telinga dan di hati saling bersahutan. 
Dan ketika itu pula setir mobil yang kukendalikan berjalan dengan sendirinya saat kulepas tanganku dalam belokan-belokan turunan dan tanjakan yang berkelok-kelok.

Suara hembusan angin malam seakan mengantar perjalananku yang bertekad ingin sholat malam di masjid At Ta’awun Puncak. Kemudian aku berbisik pada jiwaku seperti berjanji dengan orang-orang ghaib yang terlihat secara kasad mata saling berseliweran di atas langit memantau perjalananku. 

Kuikrarkan bahwa akan pergi menyepi di Pesantren Suryalaya apabila selama dalam perjalanan menuju masjid diperlihatkan orang-orang berpakaian ahli ibadah, bahkan jiwa minta diperlihatkan seorang wali.

Tak terduga segala keinginanku secara nyata terlaksana, hampir di setiap belokan dalam bus atau kendaran-kendaran umum bahkan  orang-orang lalu lalang yang kulalui masing-masing mengenakan pakaian ahli ibadah (Subhannalloh).

Sungguh seperti sebuah perjanjian atas dasar niat bersih yang disetujui roh-roh suci. Jam dua belas tepat aku sudah tiba di halaman parkir Masjid. Hati mulai bergetar terkesima dengan perjalanan yang baru kulalui begitu tepat, sesuai perjanjianku dengan orang-orang ghaib.
Kubangunkan pembantu setiaku untuk sama-sama bersholat malam dan kupertanyakan bacaan niat sholat malam  serta membahas  ayat surat andalanku alfatihah dan al-ikhlas.

Kulingkarkan kerudung panjang menggatikan topi yang biasa kukenakan bila mengendarai kendaraan sendiri.  Kemudian kami menaiki tangga masjid Puncak satu persatu. Ketika menuju tangga paling atas secara pandangan nyata aku melihat dua orang laki-laki berpakaian ahli ibadah merengkuh hormat mendampingi seorang laki-laki yang berpakaian merah menyala menyerupai Wali. 

Mereka seperti menyongsong kedatanganku dengan penuh hormat dan seperti memberiku jalan kekebenaran. Ku cubit tanganku memang sakit, ku cubit juga pergelangan tangan pembantu ia  spontan berteriak kesakitan. 

Keesokan harinya aku mengamasi pakaian-pakaian dan peralatan yang perlu ku bawa untuk bekal selama menyepi di pesantren. Pembantuku hanya tercengan-cengang melihat dua koper kumasukan dalam mobil. 

Kutinggalkan segala keperluan yang menyangkut keduniaan bersama pembantuku, niatku hanya penyerahkan diri pada Zat yang maha Pengasih dan Penyayang.

Pembantu setiaku begitu menikmati suasana pesantren Suryalaya yang selama di sana kami mendapatkan kemudahan-kemudahan. 

Ternyata memang aku adalah tamu undangan Abah Anom yang bisa menyambung dalam bahasa telepati. Maka tak heran Ibu asrama begitu memperhatikan aku dalam bentuk apapun karena Abah Anom mengikuti segala keinginan jiwaku, seperti halnya berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Itulah awal mula pemahaman perjalanan spiritual yang membimbing jiwaku adalah menginginkan kebersamaan.

Dari malam-malam pertama aku mendapatkan keunikan yang luar biasa yang tidak bisa ditelaah secara lahiriah. Di setiap berjikir aku ibarat menonton layar tv selebar  bumi yang memberi gambaran alam indah, alam laut, alam langit, dimunculkannya juga wajah-wajah kerajaan, wajah para wali, para Nabi dan Rassul bergantian dengan aksara-aksara arab. Yang awal mula diperlihatkan huruf-huruf hijaiyah "A LA MA, U LU MU - ASSYIRI, ASSOLAMU, ASSOLATHU.."

Tanganku bisa mencontek ketika huruf-huruf itu datang silih berganti mengecil dan membesar  yang lafadnya (alip-lam-mim).. Kemudian semakin jelas atas dan bawah lafad itu di contreng seperti mengajari. Desakan suara ghaib tidak berhenti memaksaku untuk menulis huruf2 tersebut dengan kemarahannya dan gerakan jemariku pun seperti bergerak dengan sendirinya menulis di atas kertas.
Selain itu tidak bisa kupahami gambaran ayat2 yang mengalir deras melintasi alam pikiran . 
Pada suatu malam setelah menjalankan sholat-sholat  sunat malam dilanjutkan zikir jahar dan zikir khopi. Gambaran alam memperlihatkan seorang roh wanita  melompat-lompat di cadas bebatuan, suasana pinggir laut. 

Roh itu seperti mencari-cari tempat tujuan. Lalu kemudian kulihat lagi  di dalam sebuah goa terjal namun terawat ada sesosok mahluk tinggi besar berkepala botak berkulit coklat tua bening mengkilat, tengah menenteng pena menghampiri sebuah kitab kuno tebal dan besar berwarna coklat tua dengan posisi membelakangi aku. 

Mahluk tersebut berjalan ke ruangan lebih lebar memperlihatkan sosok tubuh seutuhnya. Selang berapa lama Roh wanita yang melompat-lompat tadi mendatangi goa  menghampiri Mahluk tinggi besar tersebut yang kala itu langsung menandatangani  kitab kuno dengan sebelah tangan kirinya mempergunakan pena warna coklat yang dilapisi bulu-bulu merak berwarna coklat tua, kusam. Kemudian kitab kuno itu diserahkannya pada roh wanita tersebut  yang langsung di topang di atas kepalanya.


 FOTO NENDEN SALWA

Sejenak aku terpana dalam wirid tidak mengerti akan penglihatan kasad mataku.
“Siapa engkau?“ tanyaku penasaran dengan tubuh bergemetar, menyelami kalbuku.

Roh wanita yang kembali melompat-lompat kebingungan mencari arah mana yang akan dilaluinya dengan menopang kitab kuno di atas kepala, langkahnya gontai di tengah lautan yang berbatu-batu, tidak tahu arah tujuan. 

"Kemarilah" pintaku memohon.
Roh wanita itu secepat kilat menghampiriku.
 "Coba perlihatkan wajahmu “  Perintahku lagi.
Roh itu memperlihatkan diri seutuhnya.
“Aku adalah jiwamu yang terombang, ambing" jawabnya, mempertegas. 

Alangkah terkejutnya ketika Roh wanita itu memperlihatkan wajahnya yang menyerupai aku. Terasakan udara disekitarku  begitu dingin menggelitik tubuhku.   
“ Ya .. Allah tunjukan wajah roh wanita itu ?" pintaku sambil terus bezikir.
Tiba-tiba Roh tersebut memperlihatkan jelas wajahnya 
“Ini adalah aku …. “ jawabnya sambil melompat  masuk ke dalam jiwaku. "Ini aku, mana kamu?" Tegasnya mempertanyakan keberadaanku.

Dan terlihat memang  postur tubuh serta wajah roh wanita itu adalah aku sendiri. Tanpa terasa air mata mengalir saat roh suci itu keluar masuk kedalam tubuhku mempertanyakan keberadaannya, antara aku dan kamu. 
"Siapa aku? siapa kamu?". Tersambungkan oleh suara ghaib yang menenangkan jiwaku dari rasa ketakutan.
"Aku adalah kamu dan kamu adalah aku" Seru sekalian alam.  

Aku yang tak lepas dalam wirid-wirid berusaha menguasai  seluruh perasaan, kemudian teringat kitab kuno.
“Kalau memang Roh wanita itu aku, boleh aku membuka lembar-perlembar kitab tersebut?!” tanyaku pada diri sendiri.
Suara gaib berseru menyetujui “ boleh !” 

Lembar, perlembar isi kitab  kuno terbuka seperti turun dari langit memasuki otak pikiran memalui keningku yang isinya memperlihatkan huruf-huruf alqur’an serta kitab gundul yang demikian deras seperti air hujan membesar dan mengecil. 

Sebagian jilidnya ku buka, dan mencoba ku baca.. 
Alangkah menyesalnya aku tidak bisa memahami huruf-huruf alqur'an sementara alam ghaib memerintahkan dan memaksaku untuk  bisa membaca..  Sementara kitab kuno itu  dengan sendirinya membuka  halaman berikutnya seperti memberi isarah. Kuperhatikan huruf-huruf gundul berderet yang setiap ungkapan katanya terpisah dan dipertebal seperti menyampaikan pesan agar aku dapat menyimak lalu menyimpannya dalam otak pikiranku. 

Penyampaian gambaran dalam wiridku, kuungkapkan pada ibu asrama yang selama ini membangunkan malam dan memandikan aku untuk pengobatan penyucian jiwa dari kekotoran, di sana pula aku menjalankan sholat-sholat sunah dan wajib dalam sehari semalam yang dijalankan setiap hari sebanyak 80 kali naik sejadah.  (Hal demikian aku jalankan selama satu tahun lebih)

Mendengar seluruh ungkapanku, Ibu asrama  hanya termangu-mangu keheranan dan tidak bisa memberi solusi, pada siapa aku harus bertanya?

Di pesantren Suryalaya tidak ada yang bisa membimbingku disaat aku memerlukan pembimbingan khusus. Akhirnya kuputuskan untuk mencari jalan sendiri sesuai bisikan hatiku, menanyakan sebuah pesantren yang sering pengajian di tengah keasrian alam lalu aku berkenalan dengan seseorang  bernama Ceuceu di sebuah rumah makan.

Setelah mendapat keterangan dari Ceuceu mengenai pesantren yang kumaksud. Kami langsung menemui Abah Anom hendak berpamitan serta mengungkapkan keinginan untuk mencari jawaban tentang segala bentuk gambaran yang harus aku pahami.  Pastinya aku akan siap meninggalkan pesantren Suryalaya lalu berkelana mencari pesantren-pesantren yang sesuai keinginan jiwaku.
 



Sebelum menemui Abah Anom di rumahnya, jiwaku menyambungkan telepati (bicara batin ke batin) yang menginginkan Abah Anom  membukakan pintu rumahnya atas kedatangan raga kasarku yang menginginkan persamaan. 

Sambungan telepatiku pada Abah Anom, membuat ibu asrama dan Ceuceu terheran-heran karena tidak biasanya pintu rumah Abah Anom dibuka lebar-lebar jika bukan waktu kunjungan silaturahim yang setiap harinya dijadwalkan dari jam lima subuh hingga jam enam pagi. 

Tak heran para pengunjung yang datang dari luar kota dan pelosok desa menumpang tidur dalam masjid sekedar memburu pintu Abah Anom itu terbuka, setelah berjamaah sholat subuh kemudian para tetamu itu berjejal mengantri untuk meminta keberkahan dari sebotol aqua yang hanya ditepak oleh tangan Abah Anom.  

Sungguh luar biasa karomah Abah Anom sanggup mendatangkan rombongan bis dan mobil-mobil pribadi yang terkadang tidak tertampung dibeberapa halaman parkir yang begitu luas  dan tentunya mendatangkan rejeki nomplok buat kehidupan di seputar lingkungan Pesantren Suryalaya.

"Terimakasih Abah, engkau telah membukan pintu untukku" ucapku dalam hati ketika aku, Ibu asrama, pembantu setia dan Ceuceu sudah bersiap  menghadap Abah Anom yang sebelumnya menyuruh kami berdiri dari kebiasaan para tetamu jika menghadap Abah Anom harus  duduk mengeksor seperti menghadapi seorang raja. 

Dan perubahan secara tiba-tiba itu membuat Ceuceu dan ibu asrama sering melinangkan air mata haru karena setiap kedatanganku selalu disambut ibarat tamu kehormatannya alias tidak ada perbedaan antara Abah Anom dan raga kasarku.
"Abah aku sudah selesai belajar di sini" Ungkapku merengkuh mencium punggung tangannya.

Abah Anom yang seperti biasa duduk di kursi roda didampingi kedua asisten pribadi di kiri, kanannya.
Sudah hampir dua tahun belakang ini Abah Anom terserang penyakit gula dan mengalami kelumpuhan.

Abah Anom mendongakkan wajah melihatku seraya bertanya
"memang sudah berapa welas tahun belajar di sini?"  
"dua minggu!" jawabku polos...

“Baru 2 minggu?" Ungkap Abah Anom memandangku heran sambil memperhatikan telapak tangannya lalu mengangguk-anggukan kepala.  Seperti mendapat jabawan dari telapak tangannya mengenai perjalananku ..

"hmh... perjalanan " jawabnya lirih seraya mengulum senyum.
"Abah ijinkan kalau menurutmu itu lebih baik”, tapi ingat jangan sombong.."
"agar tidak sombong, harus mengamalkan wirid apa Bah?" tanyaku.
Abah tidak menjawab hanya tersenyum-senyum lalu berbicara pada jiwaku mempergunakan bahasa isarah. 
"Aku ingin mergiin keluargaku, sebelas kepala Bah... juga ingin menanyakan seorang laki-laki bernama A..?" desakku, ingin jawaban mengenai figur laki-laki idamanku...
Abah tetap tidak menjawab dan terus tersenyum...

(Catatan: Untuk bisa memahami hingga diberi penglihatan dan pendengaran, murid-muridnya yang berjumlah ribuan itu harus mengikuti pelajaran formal selama belasan tahun lamanya dan belum tentu mendapatkan seperti yang aku alami ..)

Aku tersipu sedikit mendorong mulutku ke kuping ABAH 
“ini Bah, aku hanya ingin belajar ngaji alqur’an.. tapi aku merasa takut setelah zikiran di sini soalnya banyak penglihatan yang aneh-aneh! dulu baru tiga hari di sini, aku sepertti menonton tv, ada suara gaib dengan gambarannya yang katanya kota Madinah akan terkena Gerhana selama lima tahun! Dan aku melihat percis bagaimana bulatan gelap berjalan perlahan menutupi sinar matahari, dan aceh tergulung ombak dan seorang Nabi membelah langit hingga bumi dan seorang nabi lagi mengitari kobaran api dari ujung langit keujung langit lagi .. juga aku melihat seseorang diturunkan dari langit membawa tongkatnya.. juga aku melihat matahari di bawah laut.. “
..
Aku menarik napas sejenak, ABAH mengerutkan keningnya  dan kembali melihat telapak tangannya lalu mengangguk-angguk. "hmm..."
Aku mencoba menjelaskan penafsiranku “sekarang pemerintahan Habibi lagi digoyang terus ! “

Abah Anom sedikit terhentak, bola matanya  yang membercakan cahaya seakan menelusuri otak pikiranku  lalu memperhatikan telapak tangannya.

“ jangan takut” serunya “ memang semua itu adalah merupakan isyarat, kamu sudah dibukakan pendengaran dan penglihatan... yah memang sangat mengkhawatirkan keadaannya, kita harus terus berdo'a  dan teruskan jikirmu jangan takut !” Sambung Abah Anom memberi penekanan dan menyuruhku untuk menyusur dalam do'a demi keselamatan sebagian umat.
“ saya ingin berjiarah kesembilah Wali Bah “  ucapku.

ABAH kembali melihat telapak tanganya dan berkata 
“ kasihan banget kamu kesana kemari selalu sendirian... tapi  nanti juga akan banyak pengawalan ghaib juga alam nyatanya" lirihnya mengangguk-angguk "Abah do’akan saja semoga niatmu kesembilan wali terlaksana, berziarah juga ke  Pamijahan “ Sambung Abah Anom menyarankan.

Aku terdiam sejenak semantara Abah Anom memegang kepalaku meniup ubun-ubunku sambil berdo’a Alfatihan  yang kuikuti.
"Berziarahlah kemakam Abah Sepuh" perintahnya mewajibkan.

Aku menatap Ibu asrama yang langsung mendekat pada Abah Anom sambil berkata ragu-ragu 
“ Si eneng ini lagi kotoran Bah “
 Abah tersenyum mengangguk “ enggak apa- apa sekalian sama orang-orang Malaysia”  Sambung Abah menyuruh asisten pribadinya mengambilkan kunci pemakaman.

Kulihat beberapa orang tinggi besar seperti orang Arab keluar dari ruangan samping rumah Abah Anom kemudian mereka melangkah menuju pintu luar, mengikuti aku yang berjalan terlebih dahulu memasuki makam Abah Sepuh. 

Sementara Ibu asrama terlihat berlinangan air mata mengikuti langkahku, pikirannya diliputi sejuta pertanyaan mengenai kehadiranku yang baginya merupakan suatu keajaiban begitupun juga Ceuceu yang selalu mengeluhkan kekotorannya jiwa yang selama hidupnya ingin bersilaturahmi dengan Abah Abom tidak pernah terlaksana meski berkali-kali ia turut mengantri dengan para tetamu, namun pintu rumah Abah Anom selalu tertutup untuknya..

Dari tangga ketangga yang kulalui menggetarkan seluruh tubuhku. Terasakan cahaya dari langit memancar kearahku menembus kening menghangatkan tubuhku.. langkah kian gontai mengikuti kehampaan jiwaku...

Aku tersadar suatu keajaiban telah terjadi. Tugas Agama atau Negarakah .. batinku menjerit.
"Ya … Allah bimbinglah aku Ya .. Allah "
(setiap langkah bergetaran suara hatiku tak henti memanggil kekuatan dari sang Maha) 
"Apa yang telah terjadi padaku ?"

Secara nyata. Aku mulai mengerti seperti ada orang-orang pengawalan mengikutiku, dan harus kumengerti juga mengenai seorang malaikat pencabut nyawa yang berwajah kotak, berpakaian belang putih hitam menutupi tangan dan kakinya serta tudung kepala berkerucut. Belakangan ini wajah angker itu selalu memperhatikanku di pojokan masjid, lalu kemudian menghilang...


Di makam Abah Sepuh keanehan kembali terjadi. Dimana aku diperkenankan bergabung bersama rombongan Malaysia  dan langsung masuk berdo’a depan makam  Abah Sepuh yang menurut orang-orang, jika wanita tengah kotoran tidak boleh masuk makam. 

Dan jika berziarah, perempuan terpisah dari laki-laki bahkan tidak ada seorang pun yang diperkanankan masuk ke pekuburan Abah Sepuh. 

Pemunculan wajah para Nabi, para Rasull beserta para Wali bercampur aksara-aksara arab tidak bisa kuhentikan. Dan harus kubaca sedikit demi sedikit.. Aksara arab itu memperlihatkan  Allah, Muhamad, Ashadu alla illa haillah wa ashadu anna muhammadharosullalloh...

Lalu kemudian tubuhku melemah, kasad mataku diperlihatkan kendaraan Nabi Muhamad seperti mahluk raksasa yang begitu besar dan semakin besar seperti hendak menutupi bumi berwarna putih pucat... 

Mahluk itu membentuk  seperti  kepala berbuntut  naga lalu berubah bentuk seperti gurita raksasa dan berubah bentuk lagi yang tidak bisa dijabarkan secara gambaran harfiah. 
"Itu adalah sebuah kendaraan Buraq" suara ghaib menjelaskan.. 

Aksara-aksara  arab terus bermunculan semakin banyak dan lebih banyak lagi.. Hingga pandanganku semakin buram seperti hendak pingsan, di pojok pemakaman terlihat lagi  mahluk berwajah kotak, bertudung kerucut memperhatikanku, sementara aksara arab tidak bisa kupahami lagi dan aku tidak bisa membacanya terlalu banyak...... ????

  
Ya Allah.., Engkau membuka batinku sedemikian dahsyat! beri petunjuklah aku akan segala rahasia yang Engkau tampakan padaku. Dan janganlah menjadi kesesatanku atas namaMu… ya Allah, jika aku salah maka luruskanlah sesuai kehendakMu, aku berada dalam naunganMu dan selamanya aku minta petunjukMu dalam hal ghaib ini yang bisa saja menyesatkanku. Maka jauhkanlah aku dari kesesatan ya Allah, maafkan aku yang tidak pernah mengerti akan semua ini.

Awal pencerahan
pesantren Tasik..
Awal Juli 1999 




BERSAMBUNG


Abah Anom Suryalaya | Kisah-Kisah Telada

 - [ Translate this page ]
23 Jun 2007 ... Ia anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren tasawuf 

* - Website Pondok Pesantren Suryalaya

 - [ Translate this page ]
Tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dan Mengenal Guru Mursyid " Abah Sepuh dan Abah Anom ". Prev: Zikra Website ...
***




Awal September 1999
Kau perlihatkan kehidupan Kerajaan Langit, 
bumi dan lautan
Tapi siapakah Engkau yang berdiri di antara Raja-Raja
Dengan berpakaian lengkap serba putih
Bermahkota lain dari pada yang lain
‘Berdiri sendiri…’ KakiNya menjuntai bumi, 
Kepalanya     menembus awan tertinggi
Seperti tertidur tapi selalu terjaga
Pikirannya menembus kesegala penjuru arah           
Dari bumi hingga langit
Seperti penglihatan Maha Tunggal
Lalu Kau menghilang dari mata bathinku
Siapa Enkau 
Maha Tinggi? Maha Besar? Maha Penguasa?
Maha melihat? Maha Penyayang? Maha pemberi?
Maha Mengatur segala-galanya
Kembalikan aku keBumi



Jika ada yang penasaran akan kulanjutkan perjalanannya..



Loves full..
Nenden Salwa


Jkt, 14 Agustus 2004
         Ketika aku ingin mememilikimu
         keresahan memuncak
         Hingga menembusi batas waktu
         Aku jadi gila
         Melihat wajah Tuhan, terukir wajahmu
         Derita cinta memperlihatkan keindahan fatamorgana
  Aku mencintaimu



Jkt, 19, Agustus, 1999
Bunuhlah aku Cintaku
Yang telah membutakan segalanya
Karena dalam kehidupanku yang sekarang
Hanya kehidupan alam laut
Dengan badai yang siap mengamuk


‘ Kekasih abadiku aku sudah menemukan dirimu ‘
Terbayang segala gerak-geriknya,
senyum dinginya..bibirnya..
cara dia memandangku…
oh, kurasakan suasana gemilap
membawa jiwaku ingin kembali pada keramaian
 yang bisa melupakan segala derita batinku.


Raga mempertanyakan pada jiwa
Hendak kemana engkau mencari diriku
Yang sudah tidak punya tempat perlindungan
Bisakah kau menempatkan diriku
Pada ketinggian bumi yang akan meledak …
Jiwa dan raga tetap saling bertanya
Mencari tempat tinggal berasal..
Hendak kemana …?
Di bumi sudah tidak ada siapa-siapa…
BY: NENDEN SALWA



SATUKANLAH DALAM DAMAIBy Menyus


 
Kiriman dari:  Santoso Didi


Sejuta Kasih itu kupendam jauh dalam anganku
Kasih yang mampu menerbangkan akal dan pikiranku
Kasih yang sangat menyakitkan sampai menusuk mimpi
Kasih yang menyenangkan sekaligus mengecewakan
Sebenarnya tak kuinginkan kasih itu menyatu dalam tubuhku
Inilah kebodohan yang tak pernah terjawab dalam pikiran ini

Ketika kau datang kasih itu masih bersandar di pintu hatiku
Santun ungkapanmu, rupawan jauh dari sombong
Tak ada bualan untuk membuka pintu hati ini
Kau rangkum seluruh perjalanan hidupmu dalam syair dan nada
Tak ada muslihat dalam lembaran hidupmu
Kini kasih itu kusandarkan dalam lembaran hidupmu

Sungguh bijak pencerahanmu :
“ Kebersamaan itu lebih terasa indah setelah menikah bila kita juga merasa sebagai sahabat,kekasih ,belahan jiwa, dalam pernikahan kita masih juga di renda benih-benih kekasih hati , karena dengan benih itulah akan tumbuh kebahagiaan yang sangat berharga , perkawinan itu ketergatungan saling memiliki ,kemudian tak ada dusta, tak saling menyakitkan,tak ada penghianatan , Indahnya dua pribadi yang berbeda disatukan karena cinta Fitrah ALLAH, pemisahan dua pribadi yang berbeda itu sangat menyakitkan bahkan lebih sakit dari penantian sebuah kematian
””,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Warm regards ................


Catatan: Agung Pambudi




 
Lelah kau sagga berat beban di pundakmu duhai ibu bumiku...gumpalan limbah limbah yang menyumbat kepalamu begitu bergulung tiada henti...hitam pekat berganti putih kelabu..bak benang kusut...dan kini kau terlelap sesaat setelah menari gemulai....kulihat raut wajahmu..berjuta derita kau tanggung..kini akankah lepas belenggu itu...setelah sekian lama kau hidup tanpa rasa......................tidurlah dalam damaimu.....ku kan selalu menjagamu dalam kasih tiada henti.....




Catatan: Abbur Boedoet

Dia telah melihatmu dalam pandangan batinnya..bahwa sanya dirimu telah menemuinya dalam pertemuan rahasiamu dengannya.....namun dia melihatmu denganya dengan nyata dalam pertemuan rahasiamu walaupun kau menyembunyikannya.....dia adalah kesadaran sang semesta ..akankah kau ragukan lagi hal itu..bahwa ia telah tampak di atas tanah...


Hari ini tgl, 14, Maret, 2011 - Lahiran, 14, Maret, 2001
Genap usia Fauzan Abiyyu Salwa 10 thn
Selamat ulang tahun anakku, pelita hidupku.. Panjang umur ya cintaku... Moga juga kita selalu diberkahi segala keselamatan, kebaikan, kesehatan, kesabaran, ketabahan, kekuatan, disingsingkirkan dari segala halangan harungan dimudahkan segala langkah rezeki dan selalu dibahagiakan... 
Aku akan selalu merindukanmu hingga akhir jaman... Cintaku pada anakku semata wayang terlahir dari rahimku diberkahi hidup dan kejeniusan...
Tunggulah anakku... suatu saat Mamah akan menjemputmu untuk kembali bercengkrama dalam susah dan senang.. Allah akan membimbing ke jalan cahaya masa depan... love will  our never die forever & ever...
 
FOTO: NENDEN SALWA & FAUZAN ABIYYU SALWA








NENDEN DAN FAUZAN SALWA


[110513][Puisi] Kenangan & Pelangi Cinta
Sony H. Waluyo, 13 Mei 2011

kasih,
seandainya kau tahu betapa kau hidup dalam bayang hatiku…
mungkin pengalaman yang lalu itu kan tertulis dalam kisah yang lain…
sebagai kisah yang melukiskan dunia dengan cara yang lain…
dimana kita melangkah dalam berbagai episode bentangan waktu…

kasih,
mungkin ada banyak cahaya matahari yang kita nikmati bersama…
mungkin ada banyak siraman air hujan dimana kita berbasah bersama…
mungkin ada banyak pelangi yang kita saksikan bersama…
mungkin ada banyak kicauan burung yang kita dengarkan bersama…

kasih,
namun kisah sederhana sehari-hari mungkin lebih menggambarkan cintaku…
seperti menemanimu membawakan kantong belanja di pasar yang becek…
seperti mengganti kran kitchen setmu yang bocor…
seperti membantumu mengupas bawang merah…
atau menguras kolam ikan bersama dan berbasah ria…

kasih,
sekalipun semua itu hanyalah menjadi kahyalanku…
tak pernah sekalipun aku menyesalinya telah menetapkan cinta padamu…
biarlah sepenggal waktu dalam hidupku tersimpan sebagai sebuah kenangan…
dimana ada sebuah kisah cinta yang berbicara tentang sebuah ketulusan…
yang memberikan kepadaku tentang seni mencintai tanpa mengikatmu…

kasih,
bagiku semua kenangan itu hanya tinggal sebagai jalan kebahagiaan…
dimana kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu adalah pintunya…
bahwa perbedaan hanyalah petunjuk pada betapa kita saling membutuhkan…
dan bila perjalanan kita telah mengarah berbeda namun cinta itu tetap ada di hati…
seperti matahari dan gerimis yang melukiskan pelangi cinta…
kau dan kenangan cinta itu tetaplah menjadi inspirasi cahaya hidupku…
==

love&light..^_^.._/\_.
SONY H. WALUYO



Hongkong, 17, April, 2011
Puisi : Artika Adipala Sera

Karena kebijakan itu tidak mendapat berkah...
Yang mengalir dari cahaya kemuliaan...
Pengetahuan kita tentang dunia...
Hanya memberikan dugaan dan keraguan....
Pengetahuan tentang Dia,kebijakan ruhani sejati...
Akan membuatmu naik ke atas dunia ini....
Para ilmuwan masa kini telah menghempaskan semuanya....
Pengorbanan diri dan kerendahan hati...
Mereka sembunyikan hati dalam kecerdikan..
Dan permainan bahasa....
Raja adalah dia yang menguasai pikirannya....
Bukan dia yang pikirannya menguasai dunia dan dirinya....

 Artika



14, Maret, 2011
Aku adalah sang  Naga 
Yang terbangun dari kegelapan
Terikat dari kerajaan iblis neraka
Bangkitku ingin mengambil hak umatku
Yang tertimbun di pembakaran durjana

Kerajaan langit yang tenggelam di dasar lapisan bumi
Akan kutarik kepermukaan
Itulah kerajaan Sulaeman yang pernah aku buang Karena takutku melihat gelimang harta

Kini waktunya tiba
Kerajaan Sulaeman tak kan ku sia-siakan
Buat para kekasih yang pernah menghidupi
Dalam kehidupanku

By : NendenSalwa

2 komentar:

  1. asslmkm wr wb salam sejahtera damaj di hati..apa kabar jeng nenden

    BalasHapus
  2. waallikkumsallm mas Agung.. biasa raga dan jiwa lg terikat di suatu tmpat yg damai daerah perkebunan dkat dgn org2 ngajian..

    BalasHapus